Follow Us @soratemplates

acehplanet
acehplanet

Sabtu, 21 Oktober 2017

TARIAN SAMAN

TARIAN SAMAN GAYO LUES  
      SAMAN merupakan tari tradisional masyarakat Gayo atau suku Gayo yang mendiami Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara dan masyarakat Gayo yang berada di Kabupaten Aceh Tamiang (Tamiang Hulu), Aceh Timur (daerah Lokop atau Serbejadi). Sementara masyarakat Gayo yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah tidak memiliki tari saman, Jadi jika ada kesenian saman yang dipertunjukkan di daerah Aceh Tengah atau Kabupaten Bener Meriah, pemainnya adalah mereka yang berasal dari Gayo Lues dan telah menetap di kedua Kabupaten tersebut.
Sejarah tari saman secara pasti belum dapat diketahui karena kurangnya bahkan belum adanya peneliti yang mengkaji masalah ini secara ilmiah, selain itu factor utama penyebab tidak diketahuinya asal usul tari saman disebabkan oleh rendahnya budaya tulis baca pada masyarakat Gayo pemilik asli tari saman ini, sehingga cerita mengenai saman hanya disampaikan dari mulut ke mulut (istilah orang Gayo kéné bekéné yang artinya konon kata orang).
Sampai saat ini tulisan tentang saman dapat dihitung dengan jari di antaranya pada  jurnal Pestival Tari Tradisional Indonesia tahun 1977, Diskripsi Saman oleh Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Aceh tahun 1991, Sejarah Kesenian Tradisional oleh Tgk. Hasan Basri tahun 2006, Pilar-pilar Kebudayaan Gayo Lues  oleh Drs. Tantawi, MA dan Drs. Bunyamin  tahun 2008, Tari Saman oleh H.S. Aman Budi dan Marwan Syehbi serta Tari Saman oleh Dr. Rajab Bahry, M.Pd.
Kurangnya data tertulis tentang saman menyebabkan tidak dapat diketahui dengan pasti kapan dan darimana asal kata saman itu sendiri. Padahal menurut pengakuan orang tua, sebelum Belanda datang ke daerah Gayo tari saman telah hidup dengan subur pada suku Gayo, terutaman di daerah Blangkejeren. Hal ini dapat kita buktikan bahwa dalam kamus Belanda yang berjudul “ Gayosche-Nederlandech Wooddenboek met Nederlandsch – Gajosch Register, Batavia : Landsrukkerij Hazeu, G.A.J. Hazeu tahun 1907 telah mencantumkan kata saman”.
Karena tidak adanya sumber yang tertulis, tidak dapat diketahui dengan pasti asal usul saman. Namun dari penuturan yang dihimpun dari berbagai kalangan yang berdomisili di Gayo Lues, asal kata saman berasal dari nama seorang ulama yang mengembangkan agam Islam di daerah Gayo yang bernama Syeh Saman. Dari nama ulama inilah kemudian tari yang dilakukan oleh masyarakat pada masa itu disebut saman, sehingga dari pendapat yang sederhana ini dapat pula diduga bahwa tari saman sudah dimulai sejak agama Islam masuk ke dataran tinggi Gayo, namun tentang tahunnya sampai saat ini belum ada data yang tertulis.
Selain dari asal usul yang telah disebutkan di atas ada juga masyarakat yang menuturkan bahwa tari saman berasal dari kesenian masyarakat Gayo pada masa itu yang bernama Pok-ane, kesenian ini mengandalkan tepukan kedua belah tangan dan tepukan tangan ke paha sambil bernyanyi riang. Ketika melihatnya Syeh Samanterinspirasi untuk memanfaatkan kesenian ini untuk sarana mengembangkan agam Islam. Untuk tujuan itu, Syeh Saman ikut dalam kesenian rakyat dengan menanamkan unsur-unsur ketauhidan.
Artinya, ulama ini melatih pemuda menari dengan diawali kata-kata pujian terhadap Tuhan. Oleh karena itu, sampai sekarang tari Saman selalu dimulai dengan kata-kata keagamaan. Misalnya, mmm uo lesa, mmm uo lesa, uoooo lesa, uo lesa, lesalam aalaikum. Jika diperhatikan, kata-kata terakhir ini adalah ucapan “assalamualaikum”. Ini menandakan ajaran agama Islam selalu menyapa orang dengan ucapan salam. Selain itu ada juga saman dimulai dengan ucapan “ hemmm lailalaho, hemmm lailalaho, lahoya sare hala lemha hala lahoya hele lemhe hele “. Ungkapan ini tidak bermakna, tetapi jelas pada awalnya adalah ungkapan “ laila hailallah “.
Dengan teknik keikutsertaan dalam kesenian rakyat, ulama ini berhasil mengembangkan agama islam karena dengan cara yang digemari masyarakat yang belum menganut agama Islam lambat laun akan hafal ungkapan-ungkapan tauhid dalam Islam sekalipun belum memahami apa artinya. Demikianlah metode agama Islam mudah berkembang dan  masyarakat juga tidak merasa dipaksa karena mereka merasa kesenian mereka dikembangkan oleh orang lain. Dengan demikian, adanya pelatihan yang dilakukan ulama maka kesenian tadi diberi nama Saman sesuai dengan nama ulama besar tadi.
Ada juga yang mengatakan bahwa kesenian saman berasal dari kata Arab yaitu saman yang berarti Delapan. Pendapat ini menyebutkan bahwa tarian ini pada awalnya dilakukan oleh delapan orang sehingga dinamai saman, tetapi tidak dijelaskan apakah tari ini dilakukan oleh rakyat setempat atau dilakukan oleh orang Arab. Pendapat ini sekarang agak diragukan karena pada kenyataannya saman dilakukan lebih ari delapan orang dan biasanya dilakukan dengan jumlah ganjil. Dengan jumlah ganjil ini, pemain akan terlihat harmonis sewaktu melakukan gerakan surang saring ( gerakan yang dilakukan dengan belangan ganjil keatas, sedangkan bilangan genap kebawah secara bergantian).
Dari kedua pendapat di atas, pendapat pertama lebih masuk akal karena nama kesenian ini diambil dari nama ulama yang ikut mengembangkan saman yang tujuan sebenarnya adalah pengembangan agama Islam. Pendapat kedua kurang logis karena sampai sekarang pada umumnya tari saman dilakukan dengan anggota yang ganjil.
Sebagai bagian dari khazanah perbendaharaan seni tradisional Tari Saman memiliki harga yang tidak ternilai, kesenian ini telah tumbuh dan berkembang secara turun temurun, sehingga tari saman telah dikenal di manca negara dan sudah menjadi bahagian dari kehidupan masyarakat Gayo Lues.
B. Perkembangan Saman
Dari penuturan masyarakat tentang asal usul saman, dapat dipastikan bahwa kesenian ini pada awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat untuk hiburan semata. Seperti yang disebutkan di atas tadi bahwa kesenian ini berasal dari kesenian rakyat yang mengandalkan tepuk tangan dan juga pukulan ke paha dengan bernyayi. Kegiatan seperti ini tentu merupakan hiburan bagi anak muda yang sedang tidak bekerja.

Dalam perkembangan selanjutnya atau setelah dimanfaatkan oleh ulama besar tadi, kesenian saman berubah menjadi media pengembang agama Islam. Sebagai media pengembang agama Islam, sampai kini masih kita rasakan dalam syair-syairnya, terutama sekali dalam langkah-langkah awalnya selalu dimulai dengan salam dan syair-syair saman masih banyak yang berkaitan dengan konsep agama.
Coba perhatikan syair berikut ini Ken ama ine kite turah hormat kati ndepet sapaat ari Nabite (kepada Bapak dan Ibu kita harus hormat agar mendapat syafaat dari Rasul kita). Syair ini mengandung makna ketaatan atau kepatuhan anak kepada kedua orang tuanya. Orang tua harus dikasihi, dihormati, dan juga harus dijaga jika mereka sudah tua. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam. Jika rasa hormat kepada orang tua sudah tidak ada, ganjaran dosa tidak terelakan lagi.
Karena pentingnya menghormati orang tua, para pemain saman sering mengingatkan hal ini dengan cara menyelipkan syair-syair yang mengandung nasihat. Nilai yang dapat dipetik dari syair ini adalah nilai agama yakni harus menghormati orang tua. Dalam syair juga disebutkan bahwa orang yang hormat kepada orang tua akan mendapat syafaat dari Allah nanti.
Banyak lagi syair yang memberi bimbingan tentang agama, misalnya “kadang berdosa peh kite ku tuhen, nengon perbuetente I was sara ingi ni” (mungkin berdosa juga kita kepada Tuhan, melihat tingkah laku pada malam ini), “i belang laen dih edet gere ninget asal agama (di Blangkejeren lain sekali adat tidak ingat agama) “ I denie turah semiang kati senang kite lang-lang ho”( di dunia wajib sembahyang agar senang kita nanti/diakirat). Masih banyak lagi kata-kata dalam syair saman yang mengingatkan kita pada ajaran agama.
Perkembangan selanjutnya saman sudah dijadikan sebagai kesenian yang diikutsertakan dalam festival sehingga sudah mulai dikenal oleh orang lain. Kegiatan festival yang mulai diikuti oleh tari saman adalah pada Pekan Kebudayan Aceh (PKA ke-2) tahun 1972 di Banda Aceh. Pada waktu itu tari saman menjadi salah satu tari favorit sehingga digelari oleh Ibu Tien Soeharto sebagai “Tari Tangan Seribu”. Sejak itu tari saman mulai dikenal luas sehingga diundang dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 1974. pada tahun berikutnya tari saman diundang kembali keJakartapada tahun 1975 dalam rangka peringatan hari ulang tahun RI ke-30. Pada tahun 1977 tari saman kembali menjadi wakil Aceh dalam Festival Tari Rakyat I di Jakarta dan tahun berikutnya menjadi wakil Aceh mengikuti Festival di Jakarta. Tari saman selalu ikut dalam Pekan Kebudayaan Aceh III tahun 1988 dan Pekan Kebudayaan Aceh IV tahun 2004 di Banda Aceh. Selain itu tari saman juga pernah diundang ke Amerika, Spanyol, danMalaysia.
Perkembangan selanjutnya sudah mulai dijadikan sebagai komeditas komersil sehingga banyak berdiri sanggar tari yang memanfaatkan jasa tari saman. Perkembangan terakhir banyak muncul nama tari saman dan ada juga saman yang dimainkan wanita yang tidak tidak sesuai dengan ciri-ciri saman yang berasal dari daerah Gayo. Dengan demikian, saman sekarang sudah dikenal hampir di seluruhIndonesia, akan tetapi bahan tertulis tentang saman sangat langka.
C. Fungsi Tari Saman
Di dalam kehidupan masyarakat Gayo tari saman memiliki beberapa fungsi antara lain :

1. Sebagai hiburan
Saman yang kita kenal saat ini memiliki fungsi sebagai hiburan atau sebagai tontonan, sehingga kegiatan saman muncul pada acara tertentu seperti hari raya Aidil Fitri, Aidul Adha dan peringatan maulid nabi serta acara-acara perasmian.

2. Sebagai media komunikasi
Tari saman merupakan salah satu media tradisional yang  berfungsi untuk mensyiarkan agama Islam dan sebagai media komunikasi penyebar luasan informasi. Sebagai media komunikasi tari saman berfungsi untuk mengingatkan kita akan peraturan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat serta penerapan peraturan pemerintah. Hal ini juga dapat dibuktikan dari syair-syair saman. Misalnya, “ike manut peh ko gere kueten kerna geh peh aku ku uken gere cerakiko”(kalaupun kamu hanyut tidak saya angkat karena datang saya ke udik tidak kamu tegur). Syair ini mengingatkan kita agar tidak bersifat sombong terhadap orang lain, sifat sombong akan membawa akibat pada diri sendiri. Artinya, seseorang yang sombong akan menderita karena kesombongannya sendiri.

Selain dari yang telah disebutkan di atas penari saman juga tidak jarang berkomunikasi dengan penonton terutama dengan para gadis lewat syair yang diciptakan secara spontan, dan biasanya kalau syair itu mengena dihatinya para gadis akan bersorak secara bersamaan ( he he  uuuuuuu , sorakan khas gadis Gayo yang menggambarkan keceriaan)
Berkaitan dengan fungsinya tari saman sebagai hiburan tidak bisa kita pisahkan fungsinya  satu persatu, karena dalam konteks hiburan syair saman masih banyak bermakna nasihat, adat istiadat serta penerapan peraturan pemerintah. Dengan demikian mungkin hanya wujud fisiknya saja sebagai hiburan, sedangkan wujud hakikatnya masih dapat berjalan sebagai fungsinya.
D. Jenis dan Ciri–Ciri Tari Saman
Tari saman merupakan kesenian yang sudah merakyat dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues dan sejak dahulu samapai sekarang setiap kampong mempunyai kelompok pemuda yang sering melakukan kegiatan saman terutama ketika berkumpul dengan teman-teman pada waktu malam.

Demikian merakyatnya tari saman di Gayo Lues sehingga hampir setiap waktu yang luang para pemuda menyempatkan diri melakukan saman,  misalnya sewaktu istirahat menggirik padi dan mengisi luang pada malam hari sebelum tidur.
Melihat dari cara dan tempat memainkannya,  tari saman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang masing-masing jenisnya mempunya ciri-ciri tertentu. Adapun jenis-jenis saman tersebut adalah :
1. Saman Jejunten
Saman jejunten adalah saman yang dilakukan oleh pemuda dengan cara berjuntai pada pohon kelapa yang sengaja ditebang. Saman jejunten ini dilakukan pada malam hari sebelum mereka tidur, karena dahulu lebiasaan pemuda Gayo tidak tidur di rumah dan biasanya pemuda-pemuda itu tidur secara mengelompok di manah (lumbung padi). Selain dari pada hiburan bagi pemuda pada saat memainkan saman inilah biasanya para pemuda belajar dan menciptakan gerak dan syair baru atau mengingat gerak dan syair yang tidak dikuasai oleh teman-teman mereka.

Melihat dari jenisnya, ciri-ciri saman jejunten ini adalah sebagai berikut :
– Dimainkan oleh pemuda
– Tidak formal
– Komposisinya tidak ditentukan lebih dahulu
– Tidak memiliki tata tertib
– Dilakukan dengan berjuntai
– Dimainkan oleh kelompok kecil sesuai dengan kondisi tempat.
2. Saman Njik
Saman njik juga bukan saman formal, hal ini sesuai dengan nama kegiatan yang dilakukan  yaitu menggirik padi dengan kaki. Para pemuda biasanya melakukan kegiatan saman pada waktu istirahat dengan mengunakan gerakan yang sederhana dan nyanyian yang riang. Tujuan saman ini hanya sebagai pengisi waktu yang luang, sebagai teknik untuk mengalihkan kejenuhan  atau bisa juga sebagai latihan untuk menguasai gerakan-gerakan saman. Oleh sebab itu dalam saman njik ini tidak ditentukan siapa ketua (penangkat) dan juga posisi-posisi lain. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

– dimainkan oleh pemuda
– dimainkan di pematang sawah (berjuntai) atau diatas tumpukan jerami
– tidak memiliki tata tertib
– posisi penari tidak ditentukan/diatur
– Biasanya lagu (gerakan) yang digunakan mudah dan rapi
– tidak formal
3. Saman Ngerje (Umah Sara)
Saman ngerje atau saman umah sara adalah saman yang tidak formal karena pelaksanaannya atas inisiatif pemuda-pemuda yang mengisi waktu luang dalam acara perkawinan dan dilaksanakan setelah man endet (makan bersama antara sukut sepangkalan dan tamu) . Sebelum ada acara resmi dalam perkawinan biasanya pemuda yang sudah berkumpul tidak mau diam sehingga mereka besaman. Dalam saman ini biasanya mereka melantunkan syair-syair yang bernada gembira dan juga sering menceritakan kisah muda mudi.

Gerakan-gerakan ( istilahnya lagu ) yang ditampilkan adalah gerakan yang sederhana agar semua pemuda bisa mengikutinya. Karena pelaksanaan acara saman ini bukan untuk saman formal, namanya yang dibuat sesuai dengan nama kegiatan utama yaitu saman ngerje yang artinya saman pada acara perkawinan.
Ciri-ciri saman ngerje/Kumah Sara antara lain adalah :
– dimainkan oleh pemuda
– komposisinya tidak ditentukan lebih dahulu
– tidak formal
– tidak memiliki tata tertib
– gerakannya sederhana
– dimainkan dengan duduk bersila
– syair-syairnya bernada gembira

4. Bejamu Besaman
Bejamu saman adalah sebuah acara kesenian yang sudah membudaya di daerah Gayo, bejamu besaman ini dilakukan dengan cara mengundang masyarakat kampung lain  agar datang kekampung yang mengundang untuk sama-sama  menampilkan tari saman secara bergantian, namun dalam pelaksanaanya kedua kampung ini akan mempertunjukkan kehebatannya secara bergantian. Biasanya untuk yang pertama kali mendapatkan kesempatan mempertunjukkan kehebatannya (memangka) adalah kampung yang mengundang (sukut sepangkalan)  sedangkan kampung yang diundang (jamu) akan meniru gerakan yang dimainkan oleh sukut sepangkalan yang biasa disebut dengan ngging, setelah sukut sepangkalan selesai memangka sesuai dengan waktu yang disepakati maka giliran memangka adalah tamu (jamu) dan begitu seterusnya selama pelaksanaan bejamu besaman tersebut.

Karena pada zaman dahulu di daerah Gayo tidak banyak  hiburan-hiburan, maka tari saman merupakan salah satu pilihan yang dijadikan sebagai hiburan. Selain dari pada hiburan fungsi saman bejamu adalah untuk menjalin tali silaturrahmi antara masyarakat kedua kampung itu, bahkan acara ini juga dapat menjadi media komunikasi antara pemuda dan pemudi.
Dalam acara saman bejamu gerakan yang ditampilkan adalah gerakan yang sulit dan biasanya variasi satu gerakan ( yang dalam istilah saman disebut lagu) sangat panjang dan beraneka ragam. Tujuan mencari gerakan yang bermacam-macam ini agar lawan tidak mudah mengikuti gerakan yang ditampilkan. Hal ini disebabkan oleh salah satu penilaian hebat atau tidaknya kelompok lawan mengikuti gerakan yang ditampilkan oleh lawan main( lihat aturan permainan saman). Oleh karena itu, pemain saman mempersiapkan gerakan yang bermacam-macam dalam latihan untuk menghadapi suatu pertandingan.
Dalam saman bejamu, para pemain yang memangka( istilah kelompok yang yang sedang membawakan gerakan dan lagu) pada awalnya menampilkan gerakan yang agak sederhana dan juga rapi. Hal ini tujuannya untuk menjajaki kemampuan lawan untuk mengikutinya. Jika ternyata gerakan yang masih sederhana ini tidak bisa diikuti lawan yang mengikutinya belum kompak, komandan kelompok (penangkat) belum mengubah gerakan (lagu) yang ditampilkan. Akan tetapi, jika lawan sudah mampu mengikutinya dengan baik, pihak yang memangka dengan cepat mengubah gerakan menjadi gerakan yang lebih sulit.
Jika komandan kelompok (penangkat) kurang jeli melihat gerakan yang ditampilkannya sudah dikuasi oleh lawan, para anggotanya mengingatkan dengan nyayian-nyayian selingan kepada komandan bahwa gerakan yang ditampilkan sudah dikuasi lawan. Peringatan anggotanya seperti “ lelacapen bentuk Cine lelacapen” artinya, wah cepat sekali lengkung cina, wah cepat sekali ( yang dimaksud dengan lengkung cina adalah mata pancing). Dengan demikian, penangkat akan sadar bahwa gerakan sudah dapat diikuti lawan maka dengan cepat pula dia menukar gerakan yang ditampilkan.
Komandan kelompok atau penangkat sering juga mencari strategi dengan cara cepat mengubah gerakan agar tidak mudah dikuasi lawan dan beberapa waktu kemudian kembali lagi pada gerakan yang sudah pernah ditampilkan, jadi, seorang penangkat harus mempunyai strategi untuk mengecoh lawan agar tidak mudah mengikuti gerakan yang ditampilkan. Jika strategi ini tidak mampu mengatasi kelihaian lawan, biasanya kelompok masing-masing memiliki gerakan “ simpanan” yang hanya ditampilkan dalam keadaan mendesak. Artinya, setiap kelompok mempunyai lagu (gerakan) pamungkas sebagai pelindung terakhir dari kekalahan dalam pertandingan. Kelompok yang mahir dalam tarian saman kadang-kadang memiliki beberapa gerakan pamungkas sehingga tidak mudah dikalahkan lawan dalam pertandingan.
Saman jalu antar kampung yang lebih dikenal dengan istilah bejamu besaman dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
a. Saman Sara Ingi (satu malam)
Saman sara ingi dilakukan semalam suntuk dengan cara bergantian memangka (melakonkan lagu) antara sukut sepangkalan  (tuan rumah) dan jamu (tamu) yang biasanya untuk memangka dimulai oleh sukut sepangkalan. Saman sara ingi ini biasanya dilakukan hanya pada Hari Raya Aidil Fitri, Hari Raya Aidul Adha dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

b. Saman Roa Lo Roa Ingi (dua hari dua malam)
Saman roa lo roa ingi dilakukan selama dua hari dua malam secara terus menerus dengan cara bergantian memangka (melakonkan lagu) antara sukut sepangkalan  (tuan rumah) dan jamu (tamu) yang diselingi dengan tarian bines untuk menghibur para penari saman yang sudah kelelahan. Seperti yang telah diutarakan di atas kedua belah pihak saling menunjukkan kemampuannya masing-masing untuk mengalahkan pihak lawan yang dinilai langsung oleh penonton.

Didalam pelaksanaan saman jalu seluruh konsumsi dan akomodasi ditanggung oleh pihak sukut sepangkalan  (tuan rumah) selama dua hari dua malam.
Perbedaan antara bejamu saman dengan saman lainya dapat dilihat dari pelaksanaan dan ciri-cirinya antara lain :
– Dimainkan oleh laki-laki
Sesuai dengan gerakkan tari saman yang sangat enerjik dengan pertukaran gerakan  yang secara terus menerus dan pukulan tangan ke dada tanpa menggunakan alat bantu hingga mengeluarkan suara, maka sudah barang tentu tarian ini hanya dapat dilakukan oleh laki-laki dan tidak mungkin bila penari perempuan dapat memukul dadanya sebagaimana yang dilakukan oleh penari laki-laki

– Berlutut
Pada saat menari semua penari saman harus berlutut, sehingga berat badan penari seluruhnya tertumpu kepada lutut dan ujung kaki.

– Memiliki Komposioner
Dalam pelaksanaannya tari saman dimainkan oleh beberapa orang, tergantung kondisi dan keperluannya. Kalau untuk dipentaskan biasanya berkisar antara 11 sampai dengan 15 orang, sedangkan untuk penampilan tari saman di kampung-kampung yang sifatnya bejamu (mengundang tamu dari kampung lain khusus untuk bertanding saman )  kadang-kadang bisa mencapai  21 orang atau lebih.

Sedangkan komposisi penari saman dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu :
– Penangkat
Penangkat adalah orang yang mengatur gerakan saman, penangkat sangat berperan dalam mengatur ritme dari gerakan tari saman tersebut. Posisi dari penangkat berada ditengah-tengah penari saman. Oleh karena fungsinya sangat vital , penangkat biasanya dipilih orang yang paling ahli diantara anggotanya. Biasanya kualitas suara, kelenturan tubuh, kemahiran melakukan gerakan tangan dan kemampuan berimprovisasi merupakan kriteria yang dijadikan untuk menjadi penangkat.

– Pengapit
Pengapit adalah orang yang memiliki tugas mengingatkan penangkat apabila lupa akan gerakan selanjutnya  yang akan dimainkan, pengapit terdiri dari 2 orang yang letaknya 1 (satu) orang di kanan dan 1(satu) orang di kiri. Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh panangkat , kedua pengapit harus segera mengambil alih atau mengingatkan penangkat dengan syair atau sek. Oleh karena itu kemampuan pengapit dan penangkat tidak berbeda jauh karena sifatnya kolektif.

– Penyepit
Penyepit adalah orang yang berada di masing-masing kanan dan kiri pengapit yang memiliki fungsi membantu pengapit untuk saling mengingatkan bila ada kesalahan gerak. Diantara orang ini sering ditempatkan orang yang merdu suaranya.

– Penupang
Penupang adalah orang yang berperan menopang temannya yang berada di tengah agar keseimbangnnya tetap terjaga (penjaga keseimbangan)

– Anggota
Selain dari posisi yang telah disebutkan di atas selebihnya disebut dengan anggota, kemampuan anggota dalam memainkan tari saman biasanya hampir sama dengan pengapit, penyepit dan penupang.

Posisi masing-masing peran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

– Nomor 5 disebut penangkat
– Nomor 4 dan 6 disebut pengapit
– Nomor 3 dan 7 disebut penyepit
– Nomor 1 dan 9 disebut penupang (penari paling ujung kanan dan kiri)
Nomor 2 dan 8 disebut anggota

– Memiliki Tata Tertib
Didalam melaksanakan saman jalu (pertandingan ) dan saman pentas penari tidak boleh sesukanya memainkan/ melakukan tarian. Tari saman memiliki tata tertib/urutan  mulai dari awal sampai akhir ketika memainkannya, tata tertib dari tari saman tersebut adalah sebagi berikut :
– Rengum
– Salam
– Dering
– Uluni lagu
– LaguAnak ni Lagu
– Lagu Penutup

– Gerakan (Lagu)
Tari saman memiliki gerak yang sangat dinamis dan sewaktu-waktu dari satu gerakan dapat berubah ke gerakan lain dengan cepat, untuk mengatur gerakan ini dibutuhkan seorang penangkat yang jeli dan cepat didalam mengatur ritme gerakan. Kalau dalam saman yang dipertandingkan seorang penangkat harus mempunyai strategi dalam mengecoh lawan, agar gerakannya tidak mudah diikuti pihak lawan.

Gerakan dalam saman memiliki beberapa istilah antara lain :
– Uluni lagu
– lagu tepok
– kertek
– guncang
– guncang atas
– guncang tuyuh
– guncang lah
– girik
– rerep
– lingek
– lingang
– surang-saring
– jejel
– anak lagu
– dll

– Memiliki kunci gerak
Semua gerakan didalam tarian saman masing memiliki kunci gerak yang berbeda sehingga bagi para pemula sangat sulit menarikan tari saman dengan sempurna.

– Memiliki syair
Syair  yang digunakan didalam tari saman merupakan ekspresi penari saman dalam menyampaikan pikiran atau perasaannya. Proses penciptaannya ada yang dilakukan sewaktu latihan dan adapula yang diciptakan secara spontan sewaktu bermain saman. Syair-syair lagu dalam tari saman dikarang oleh para ahli, sehingga selalu tercipta irama-irama yang indah didengar dengan menggunakan istilah atau kiasan.

– Iramanya singkat
Irama syair dalam tarian saman selalu singkat, irama yang digunakan disesuaikan dengan gerakan atau lagu yang dipilih. Pengaturan irama dan gerakannya adalah tugas dari penangkat saman dan kadang-kadang juga sudah disepakati untuk diserahkan kepada salah satu penari yang telah ditunjuk.

– Komando
Seperti halnya beberapa tarian yang kita lihat, tari saman memiliki komando tersendiri di antara penari dan sesama penari sudah paham akan arti dari komando tersebut. Melalui komando yang diberikan oleh penangkat saman akan diketahui gerakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh penari.

– Penarinya harus ganjil
Sesuai dengan posisi penari yang telah diuraikan di atas, maka jumlah penari saman sebaiknya ganjil. Hal ini untuk mempermudah kita untuk mengetahui mana, penangkat, pengapit, penyepit dan penupang.

– Memiliki Lawan
Seperti yang telah diuraikan di atas, sesuai dengan acara pelaksanaannya, maka ciri-ciri lain dari saman bejamu adalah memiliki lawan dengan arti kata ada yang melakonkan gerakan (memangka) dan ada yang meniru gerakan (ngging), namun perlu diingat bahwa yang posisinya sebagai peniru gerakan dia hanya boleh aktif dalam meniru gerakan tetapi harus pasif dalam  melantunkan syair.

5. Saman Bale Asam
Saman Bale Asam adalah salah satu jenis saman yang dilaksanakan pada siang hari saja, saman ini diadakan pada acara-acara memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RepublikIndonesia, Hari Raya Aidil Fitri dan Hari Raya Aidul Adha. Dalam pelaksanaanya Panitia mengundang seluruh kampung disekitarnya untuk menampilkan tari saman dan masing-masing kampung akan memilih/mencari  lawannya bertanding tanpa ditentukan oleh panitia penyelenggara, sedangkan tempat duduk sudah disiapkan terlebih dahulu oleh gadis-gadis dari kampungnya.

6. Saman Pertunjukan
Saman pertunjukan disajikan pada acara-acara tertentu, misalnya acara penyambutan  tamu-tamu dan acara-acara yang dianggap penting.

Saman pertunjukan biasanya memfokuskan pada gerakan-gerakan yang aktraktif dan juga nyayian yang indah dengan suara yang merdu. Akan tetapi, gerakan-gerakan tangan bukan gerakan yang sulit karena tidak di pertandingkan.Parapemain berusaha memilih gerakan yang bisa membangkitkan decak kagum para penonton.
Demikian juga pemilihan gerakan surang saring (zik zak) dipilih gerakan yang mendebarkan. Gerakan yang aktraktif dengan kecepatan tinggi tersebut yang mungkin menyebabkan tari saman mendapat julukan “tari tangan seribu” waktu PKA II tahun 1972.
Ciri-ciri saman pertunjukan tidak banyak berbeda dengan saman jalu/bejamu (pertandingan), adapun perbedaannya antara lain :
– durasi waktunya singkat
– tempat pelaksanaannya dipentas atau panggung
– jumlah penari maksimal 15 orang
– tidak ada lawan
E. Penutup
Dari hasil uraian di atas, sedikit banyaknya sudah dapat kita pahami tentang tari saman yang benar dan bagaimana cara pelaksanaanya. Dengan demikian kita akan dapat membedakan antara tari saman dengan tarian lain yang mirip dengan tari saman, yang jelas perlu kita garis bawahi bahwa tari saman tidak pernah dan tidak akan diizinkan untuk dimainkan oleh penari perempuan.

Sumber :
1. Tgk. Hasan Basri (Buku; Sejarah Kesenian Tradisional)
2. Dr. Rajab. Bahry (Buku; Saman Gayo)
3. Drs. Tantawi, MA dan Drs. Buniyamin (Buku; Pilar-Pilar Kebudayaan Gayo Lues)
4. H. S. Aman Budi dan Marwan Syehbi (Buku; Tari Saman Gayo)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar